Runut balik
(Backward chaining) merupakan metode penalaran kebalikan dari metode runut maju
(forward chaining). Dalam runut balik penalaran dimulai dengan tujjuan kemudian
merunut balik ke jalur yang akan mengarahkan ke tujuan tersebut (Giarattano dan
Riley, 1994). Runut balik bisa juga disebut sebagai goal-driven reasoning,
yaitu cara yang efisien untuk memecahkan masalah-masalah yang dimodelkan
sebagai masalah pemilihan terstruktur.
Proses yang dilakukan pada metode runut mundur yaitu ingin mendapatkan salah
satu konklusi dari konklusi yang ada, jika pada runut maju menggunakan beberapa
premis, pada metode ini yang ingin didapatkan juga sama , hanya saja digunakan
salah satu konklusi dari banyak konklusi atau tidak dari konklusi yang ada.
Penelusuran metode ini didasarkan bahwa ada kemungkinan dari konklusi-konklusi
yang ada merupakan salah satu tujuan terpilih dari fakta yang diberikan oleh
pemakai. Sistemdengan urutan tertentu akan mengambil sebuah konklusi menjadi
calon konklusinya. Misal urutannya sesuai dengan sebuah konklusi 1 dan diambil konklusi 1 sebagai
hipotesisnya, maka untuk membuktikan hipotesisnya sistem akan mencari
premis-premis yang mengandung konklusi 1. Setelah itu sistem akan memberikan
umpan balik kepada pemakai berupa premis-premis yang ada misalnya ada premis 1,
premis 2 dan premis 3, maka sistem akan mencari tahu apakah pemakai memilih
premis-premis tersebut.
Cara untuk
mengambil umpan balik yaitu dengan mencari daftar premis yang dipilih oleh user
atau dengan cara menanyakan satu-persatu premis yang seharusnya dipilih. Jika
ada premis yang tidak dipilih oleh user
maka hipotesis atas konklusi tersebut gugurn artinya fakta yang dimasukan oleh
user konklusinya bukan pada konklusi 1. Setelah itu sistem akan melanjutkan hipotesis
ke konklusi selanjutnya, dan seterusnya dilakukan seperti itu sampai ditentukan
konklusi yang semua premis dalam aturannya dipilih.
Jika
sampai tahap terakhir tidak ada premis yang terpenuhi maka sistem akan
mengambil kesimpulan bahwa konklusinya berada diluar pengetahuannya, yang
berarti sistem tidak menemukan solusi untuk premis-premis pilihan user.
Karakteristik Backward Chaining:
- Diagnosis
- Disajikan untuk masa lalu
- Konsekuen ke antecedent
- Tujuan memandu, penalaran dari atas ke bawah
- Bekerja ke belakang untuk mendapatkan fakta yang mendukung hipotesis
- Depth first search dimudahkan
- Konsekuen menentukan pencarian
- Penjelasan difasilitasi
Contoh :
R1 : IF suku bunga turun THEN harga obligasi naik
R2 : IF suku bunga naik THEN harga obligasi turun
R3 : IF suku bunga tidak berubah TH
EN harga obligasi tidak berubah
R4 : IF dolar naik THEN suku bunga turun
R5 : IF dolar turun THEN suku bunga naik
R6 : IF harga obligasi turun THEN beli obligasi
Apabila
diketahui bahwa dolar
turun, maka untuk
memutuskan apakah akan
membeli obligasi atau tidak dapat ditunjukkan sebagai berikut
:
Jika digunakan Backward Chaining maka solusinya adalah
sebagai berikut:
Dari solusi
yaitu membeli obligasi,
dengan menggunakan Rule
6 diperoleh anteseden
harga obligasi turun. Dari Rule 2
dibuktikan harga obligasi turun bernilai benar jika suku bunga naik
bernilai benar .
Dari Rule 5
suku bunga naik
bernilai memang bernilai
benar karena diketahui
fakta dolar turun.
Sumber:
Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar: Menentukan Faktor
Kepastian Pengguna dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta: Andi.